Kanalbhayangkara.com – Bandung, Kebebasan Beragama Berkeyakinan (KBB) di Indonesia selalu menjadi diskursus hangat dan menyita perhatian seluruh elemen masyarakat. Mengingat kerukunan antar umat beragama di Indonesia masih kerap dihiasi oleh kasus-kasus intoleransi dan pelanggaran KBB, seperti penolakan pembangunan rumah ibadah, pembubaran kegiatan keagamaan, aduan penodaan agama maupun kebijakankebijakan yang masih bersifat diskriminatif yang masih terdapat di beberapa daerah yang sangat merugikan umat beragama yang secara kuantitas berjumlah sedikit.
Di sisi lain, tongkat estafet pemerintahan Indonesia dari presiden Joko Widodo-Ma’ruf Amin dengan nama Kabinet Indonesia Maju telah berganti kepada presiden Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dengan nama Kabinet Merah Putih.
Pergantian pemerintahan tersebut, setidaknya membawa harapan dan angin segar untuk kemajuan KBB di Indonesia. Berkaitan dengan hal itu, menarik untuk dinantikan bagaimana terobosan-terobosan Kabinet Merah Putih dalam membuat kebijakan yang adil dan tidak diskriminatif.
Sementara itu gerakan masyarakat sipil, NGO (Non Government Organization) juga tidak luput dari semangat mengkampanyekan nilai-nilai toleransi melalui berbagai inisiatif dialog dan kampanye kreatif. Untuk mewujudkan kebebasan beragama berkeyakinan di Indonesia diperlukan upaya kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat sipil maupun sebaliknya. Hal tersebut menarik untuk didiskusikan lebih dalam bagaimana kolaborasi yang bermakna (meaningful collaboration) menjadi hal yang perlu diperjuangkan.
Berkaitan dengan KBB di Indonesia, Persekutuan Gereja Gereja di Indonesia Wilayah (PGIW) Jabar berupaya mengambil perannya dalam membangun kolaborasi antara masyarakat sipil dan pemerintah. Sebagai salah satu upaya dalam membangun komunikasi yang bermakna, PGIW Jabar bersama Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat menyelenggarakan diskusi publik dalam seminar yang bertemakan “Harapan dan Kolaborasi dalam Kemajuan Kebebasan Beragama Berkeyakinan di Indonesia, pada hari, tanggal : Senin, 9 Desember 2024, Waktu Pk. 08.00 – 15.30 WIB mengambil tempat di Hotel él Royale Jl. Merdeka No.2, Bandung – Jawa Barat.
Diskusi publik dalam seminar yang digelar oleh PGI Wilayah Jawa Barat bersama Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat dimulai dengan Pembukaan dan Renungan singkat yang dibawakan oleh Pdt. Dr. Margie Ririhena dengan dasar pembacaan alkitab dari Pengkhotbah 7 : 17 – 18, mengatakan bahwa Fanatisme berlebihan dan fundamentalisme membuat banyak hal yang bersifat negatif dalam konteks kerukunan umat beragama. Solusinya, menurut Pdt. Margie harus banyak dilakukan perjumpaan dengan banyak pihak yang beragam, sehingga dapat membuka perspektif moderasi dalam beragama.
Usai renungan singkat seluruh peserta menyanyikan Lagu Indonesia Raya, lalu Acara Seminar dibuka dengan Doa Bersama Lintas Iman yang dibawakan oleh Pdt. Dr. Margie Ririhena (Wakil dari Kristen Protestan), Romo Robert ( Katolik), Ustad Yusep Halang (Islam), Dian Tika Sujata (Budha), Dok Ketut Adi Purnama SH., MH. (Hindu) dan Mas Wiwit Yuri Prabomoyo (Penghayat Kepercayaan) yang dilanjutkan dengan Sambutan Ketua Umum PGI Wilayah Jawa Barat yang diwakili oleh Pdt. Roosevelt Tobing yang juga menjabat sebagai Ketua Majelis Pertimbangan PGIW Jabar.
Diskusi publik dalam seminar yang bertemakan “Harapan dan Kolaborasi dalam Kemajuan Kebebasan Beragama Berkeyakinan di Indonesia, dibagi dalam 2 Sesi, yaitu :
Sesi 1 dengan Moderator Pdt. Sains Petter, S.Si., M.Kom. (Desk KBB PGIW) dan para narasumber yaitu :
- Pdt. Dr. Albertus Patty, MA. (Gereja Anggota PGIW Jawa Barat), Kebebasan Beragama Berkeyakinan (KBB) di Indonesia sangat perlu dibuat terobosan kebijakan.
- Wawan Gunawan (Jakatarub) mengatakan sementara itu dialog antar agama berkembang secara natural di masyarakat, namun dialog antar agama masih belum ekspansif, masih urban dan berkutat di level elite saja. Yang berikutnya menyoroti bahwa perdamaian dan keadilan harus berjalan bersama. Karena perdamaian tanpa keadilan tidak mungkin, dan seringkali demi perdamaian keadilan dikalahkan.
- Asfinawati, S.H. (YLBHI) menyoroti soal KBB dari sisi demokrasi, dia mengatakan kalua demokrasi mundur, maka Kebebasan Beragama Berkeyakinan juga mundur.
Sesi 2 Sub Tema: Peluang, tantangan dan kolaborasi antar pemerintah & masyarakat sipil dengan moderator Yohanes Irmawandi, S.Sos. (Desk KBB PGIW) para narasumber yaitu :
- Pdt. Dr. (Hc). Jacklevyn F. Manuputty, M.A. (Ketua Umum PGI terpilih 2024-2029) menyampaikan bahwa relasi antar iman dan advokasi KBB dibangun dengan banyak perjumpaan kegiatan merajut tikar sosial lintas agama, etnis dan perbedaan lainnya. Ibarat gelas yang sudah berisi setengah gelas air, maka sisanya untuk membuat gelas itu menjadi penuh merupakan tugas kita bersama. Semua pihak masih harus terus bekerja untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan. Dialog perdamaian berbasis masyarakat terus dibangun dan menginstalasi aktor yang dapat tinggal dalam ekosistem KBB. Dan tugas kita untuk terus meyakinkan bahwa harapan itu masih tetap hidup.
- Rafael Situmorang, S.H ( DPRD Provinsi Jabar) melihat KBB dari sisi Filosofi Pancasila dan landasan konstitusi pasal 28 ayat 1 dan pasal 29 ayat 2 UUD 1945. Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan harus terus diperjuangkan masyarakat sipil dan kekuatan kekuatan politik secara bersama sama.
- Harapan Nainggolan, M.Min, M.Th. (Pembimas Kristen Kemenag Jabar) Membawakan materi soal Moderasi Beragama dan Civil Society : Sebuah Jalan Baru Menuju Kebebasan dan Berkyakinan Di Indonesia.
Sementara itu Bima Arya Sugiarto, Ph.D. (Wakil Menteri Kementerian Dalam Negeri) yang dijadwalkan hadir rupanya berhalangan, namun beliau sempat menyampaikan ucapan selamat melaksanakan seminar KBB yang dikirimkan melalui Video dan diputar usai sesi kedua berakhir.
Sesi kedua ditutup dengan pembacaan puisi karya Novi YP oleh moderator dan diakhiri dengan foto bersama. (Mas Dharma/ Carlla P.)