
Kanalbhayangkara.com – Jatinegara, Jakarta – Museum Benyamin Sueb pada Sabtu malam (15/2/2025) menjadi saksi berkumpulnya para pecinta budaya Jawa dalam acara Srawung Sangu 2025. Acara doa bersama yang diinisiasi oleh Komunitas Cinta Budaya (KCB) dan didukung oleh Perkumpulan Pelestari Budaya Pusaka Nusantara (PPBPN) ini mengangkat Sastrajendra, sebuah ajaran kuno Jawa yang sarat makna kebijaksanaan.
Sastrajendra, yang jejaknya dapat ditemukan dalam berbagai manuskrip dan kakawin seperti Kakawin Uttarakanda, Kakawin Arjuna Wijaya, Kakawin Arjuna Sasrabahu, dan Serat Lokapala, merupakan ajaran yang telah bersemi sejak lama. Inti dari ajaran ini, seperti yang diungkapkan oleh Ida Sekar Kinasih, penasehat Sastrajendra, adalah upaya transformasi sifat-sifat keraksasaan menjadi kebaikan. “Sastrajendro adalah ilmu kehidupan dari Tuhan, yang berfungsi untuk mengolah diri kita, mengatasi sifat-sifat angkara murka menjadi sifat-sifat yang baik,” jelas Ida. Lebih jauh, Ida menambahkan bahwa Sastrajendra adalah ilmu yang membawa kebaikan bagi diri sendiri, keluarga, sesama, dan alam semesta – memayu hayuning pribadi, memayu hayuning keluargo, memayu hayuning sesami, memayu hayuning bawono.
Acara Srawung Sangu 2025 sendiri diramaikan dengan berbagai kegiatan yang sarat makna spiritual dan budaya. Sidhikara Pusaka, sebuah ritual penyegaran energi pusaka, menjadi pembuka acara, didukung oleh aktivis PPBPN. Dilanjutkan dengan Siraman Pengasihan atau penyembuhan spiritual, yang menjadi bekal batin untuk mengarungi tahun 2025 dengan kesuksesan dan kelancaran.
Sunardjo Sumargono JD. Atau yang dikenal dengan gelar Ki Gelo Bejad Presiden Aliansi Gedung Juang Semar Suyakencana Juanda Jakarta terlihat hadir dalam acara tersebut. Kepada awak media Ki Gelo Bejad memberikan pemahaman yang mendalam mengenai Sastrajendra. Dia mengatakan,” Sastrajendra adalah ajaran kuno Jawa yang memiliki arti dan makna mendalam secara leksikal dapat disebutkan bahwa :
Arti Sastrajendra:
- Sastra: Berasal dari bahasa Sanskerta, berarti tulisan, kalam, atau ucapan kata-kata.
- Jendra: Berarti sang penguasa, atau dapat diartikan sebagai kata-kata dari Tuhan, keilmuan, atau tulisan dari Tuhan.
Makna Sastrajendra:
- Ilmu Kehidupan dari Tuhan: Sastrajendra dipandang sebagai ilmu yang berasal dari Tuhan atau sang penguasa, yang memberikan panduan dalam menjalani kehidupan.
- Transformasi Diri: Inti ajaran Sastrajendra adalah upaya untuk mengubah sifat-sifat buruk atau “keraksasaan” dalam diri manusia menjadi sifat-sifat kebaikan. Ini adalah ilmu untuk mengolah dan mengatasi diri dari angkara murka menuju sifat-sifat yang luhur.
- Kebaikan Universal: Sastrajendra bertujuan untuk membawa kebaikan yang luas, tidak hanya bagi individu, tetapi juga bagi keluarga, sesama manusia, dan bahkan alam semesta. Konsep ini dikenal dengan istilah memayu hayuning pribadi, memayu hayuning keluargo, memayu hayuning sesami, memayu hayuning bawono, yang berarti mempercantik atau mengharmoniskan diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan jagat raya.
- Ilmu Universal dan Inklusif: Sastrajendra bukanlah agama atau aliran kepercayaan, melainkan sebuah keilmuan atau ilmu hidup yang bersifat universal. Artinya, ajaran ini terbuka untuk dipelajari oleh siapapun, tanpa memandang golongan, agama, atau profesi. Tujuannya adalah untuk memberikan kebijaksanaan hidup yang dapat diterapkan oleh semua orang.
- Pelestarian Budaya Leluhur: Sastrajendra juga memiliki makna penting dalam pelestarian budaya Jawa. Ajaran ini dianggap sebagai warisan leluhur yang berharga dan perlu dilestarikan agar tidak hilang tergerus zaman. Upaya pelestarian ini terutama ditujukan kepada generasi muda agar mereka mengenal dan menghargai kearifan budaya sendiri.
Sunardjo Sumargono (Ki Gelo Bejad) menyimpulkan bahwa Sastrajendra dapat dipahami sebagai sebuah sistem nilai dan ajaran kebijaksanaan Jawa kuno yang berfokus pada pengembangan diri, transformasi karakter menuju kebaikan, harmoni sosial, dan pelestarian budaya. Hal ini akan berdampak kepada keharmonisan kehidupan manusia.
Sementara itu Buntje Harbunangin, Pendiri KCB, dalam sambutannya menyampaikan harapan besar atas lahirnya Sastrajendra Living Academy (SLA). Akademi ini, yang diresmikan dalam acara Srawung Sangu 2025, adalah divisi baru KCB yang bertujuan untuk memasyarakatkan ajaran Sastrajendra melalui jalur pendidikan. Buntje menguraikan bahwa SLA diharapkan menjadi “SKSD” – Spiritual (menekankan pengembangan diri melalui meditasi dan olah batin), Kekeluargaan (membangun semangat persaudaraan antar anggota), Seni (mengintegrasikan seni seperti puisi dalam pembelajaran), dan Damai (mencetak agen perdamaian yang tidak konfrontatif). “Satu cara untuk mengendalikan diri sendiri yaitu berdamai untuk sesuatu yang baru yang memasuki ruang,” ungkap Buntje, seraya berharap SLA dapat segera memiliki basecamp sendiri.
Bambang Dwi Hayunanto, pembina Sastrajendra, menegaskan visi utama ajaran ini adalah pelestarian budaya. Ia menyoroti keprihatinannya terhadap generasi muda yang kurang mengenal dan menghargai budaya sendiri. “Budaya di sini luar biasa, nah, nanti dikupasnya di sini,” ujar Bambang, menjelaskan bahwa SLA akan fokus pada versi ajaran Sastrajendra dari Romo Ndaru dan berupaya menyebarkannya ke seluruh Indonesia, khususnya kepada generasi muda.

Lebih lanjut, Bambang menjelaskan bahwa Srawung Sangu juga menjadi momen untuk mengupas misteri keris dalam ajaran Sastrajendra. “Acara siraman ini kebetulan juga untuk mengupas masalah keris, jadi bagaimana keris dan apa keris itu? Itu dijabarkan dijadikan satu dan sistem ini berkelanjutan,” jelasnya. Ia berharap generasi muda dapat memahami lebih dalam tentang keris dan ajaran Sastrajendra secara keseluruhan, sehingga budaya luhur ini tidak hilang tergerus zaman.
Ida Sekar Kinasih menambahkan bahwa Sastrajendra, yang telah terdaftar resmi di pemerintah dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, bukanlah agama atau aliran kepercayaan, melainkan ilmu kehidupan yang universal. “Ilmu hidup bisa dipelajari oleh siapapun, apapun golongannya, apapun agamanya, apapun profesinya,” tegas Ida. Ia mengajak semua pihak untuk kembali mempelajari nilai-nilai luhur warisan leluhur, karena di dalamnya terkandung kebijaksanaan yang relevan untuk kehidupan modern.
Dengan diresmikannya Sastrajendra Living Academy, Komunitas Cinta Budaya menunjukkan komitmennya untuk terus melestarikan dan memasyarakatkan kearifan lokal Jawa. Diharapkan, melalui pendidikan Sastrajendra, semakin banyak generasi muda yang menemukan jati diri, mengembangkan potensi diri secara utuh, dan berkontribusi pada keharmonisan bangsa dan alam semesta – Hamemayu Hayuning Bawana. (Dharma EL/Red***.)